Gambaran sejarah
purbakala dari Matematika
Pada mulanya di zaman
purbakala banyak bangsa-bangsa yang bermukim sepanjang sungai-sungai besar.
Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa Babilonia sepanjang sungai
Tigris dan Eufrat, bangsa Hindu sepanjang sungai Indus dan Gangga, bangsa Cina sepanjang
sungai Huang Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu memerlukan keterampilan untuk
mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk mengolah
tanah sepanjang sungai menjadi daerah pertanian untuk itu diperlukan
pengetahuan praktis, yaitu pengetahuan teknik dan matematika bersama-sama.
Sejarah menunjukkan bahwa permulaan Matematika berasal dari bangsa yang
bermukim sepanjang aliran sungai tersebut. Mereka memerlukan perhitungan,
penanggalan yang bisa dipakai sesuai dengan perubahan musim. Diperlukan
alat-alat pengukur untuk mengukur persil-persil tanah yang dimiliki.
Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan perdagangan, keuangan
dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu diperlukan bilangan-bilangan.
Awal Bilangan
Bilangan pada awalnya
hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam perkembangannya setelah
para pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan kata-kata yang
tepat untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal yang sangat
penting bagi kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan
keseharian kita akan selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena
bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam
dunia musik, filosofi dan hiburan serta banyak aspek kehidupan lainnya.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol diantaranya :Simbol bilangan bangsa Babilonia:Simbol bilangan bangsa Maya di Amerika pada 500 tahun SM:Simbol bilangan menggunakan huruf Hieroglif yang dibuat bangsa Mesir Kuno:Simbol bilangan bangsa Arab yang dibuat pada abad ke-11 dan dipakai hingga kini oleh umat Islam di seluruh dunia:Simbol bilangan bangsa Yunani Kuno:Simbol bilangan bangsa Romawi yang juga masih dipakai hingga kini:Dalam perkembangan selanjutnya, pada abad ke-X ditemukanlah manuskrip Spanyol yang memuat penulisan simbol bilangan oleh bangsa Hindu-Arab Kuno dan cara penulisan inilah yang menjadi cikal bakal penulisan simbol bilangan yang kita pakai hingga saat ini, seperti yang tampak dalam gambar berikut:
Perkembangan Teori Bilangan
Teori Bilangan Pada suku Babilonia
Matematika Babilonia
merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini
Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik. Dinamai
“Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat
untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu
dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani.
Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali
lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam.Bertentangan dengan
langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia
diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak
1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah,
dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di
antaranya adalah karya rumahan.
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem desimal
Teori Bilangan Pada Suku Bangsa Mesir Kuno
Matematika Mesir
merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak peradaban
helenistik matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia yang
membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut
di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa
Arab menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.Tulisan matematika Mesir
yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang disebut juga “Lembaran
Ahmes” berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM tetapi
mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari
Kerajaan Tengah yaitu
dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi pelajar
aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara
perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti
bagi pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima;
rata-rata aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan
Eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga
berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika
dan geometri.Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa,
juga dari zaman Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM. Naskah ini
berisikan soal kata atau soal cerita, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan.
Teori Bilangan Pada Suku Bangsa India
Sulba Sutras (kira-kira
800–500 SM) merupakan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan bilangan
irasional, bilangan prima, aturan tiga dan akar kubik; menghitung akar kuadrat
dari 2 sampai sebagian dari seratus ribuan; memberikan metode konstruksi
lingkaran yang luasnya menghampiri persegi yang diberikan, menyelesaikan
persamaan linear dan kuadrat; mengembangkan tripel Pythagoras secara aljabar,
dan memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras.
Kira-kira abad ke-5 SM merumuskan aturan-aturan tata bahasa Sanskerta menggunakan notasi yang sama dengan notasi matematika modern, dan menggunakan aturan-aturan meta, transformasi, dan rekursi. Pingala (kira-kira abad ke-3 sampai abad pertama SM) di dalam risalah prosodynya menggunakan alat yang bersesuaian dengan sistem bilangan biner. Pembahasannya tentang kombinatorika bersesuaian dengan versi dasar dari teorema binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan dasar tentang bilangan Fibonacci.Pada sekitar abad ke 6 SM, kelompok Pythagoras mengembangkan sifat-sifat bilangan lengkap (perfect number), bilangan bersekawan (amicable number), bilangan prima (prime number), bilangan segitiga (triangular number), bilangan bujur sangkar (square number), bilangan segilima (pentagonal number) serta bilangan-bilangan segibanyak (figurate numbers) yang lain.
Salah satu sifat
bilangan segitiga yang terkenal sampai sekarang disebut triple Pythagoras,
yaitu : a.a + b.b = c.c yang ditemukannya melalui perhitungan luas daerah bujur
sangkar yang sisi-sisinya merupakan sisi-sisi dari segitiga siku-siku dengan
sisi miring (hypotenosa) adalah c, dan sisi yang lain adalah a dan b. Hasil
kajian yang lain yang sangat popular sampai sekarang adalah pembedaan bilangan
prima dan bilangan komposit. Bilangan prima adalah bilangan bulat positif lebih
dari satu yang tidak memiliki Faktor positif kecuali 1 dan bilangan itu
sendiri. Bilangan positif selain satu dan selain bilangan prima disebut
bilangan komposit. Catatan sejarah menunjukkan bahwa masalah tentang bilangan
prima telah menarik perhatian matematikawan selama ribuan tahun, terutama yang
berkaitan dengan berapa banyaknya bilangan prima dan bagaimana rumus yang dapat
digunakan untuk mencari dan membuat daftar bilangan prima.
Dengan berkembangnya sistem numerasi, berkembang pula cara atau prosedur aritmetis untuk landasan kerja, terutama untuk menjawab permasalahan umum, melalui langkah-langkah tertentu, yang jelas yang disebut dengan algoritma. Awal dari algoritma dikerjakan oleh Euclid. Pada sekitar abad 4 S.M, Euclid mengembangkan konsep-konsep dasar geometri dan teori bilangan. Buku Euclid yang ke VII memuat suatu algoritma untuk mencari Faktor Persekutuan Terbesar dari dua bilangan bulat positif dengan menggunakan suatu teknik atau prosedur yang efisien, melalui sejumlah langkah yang terhingga. Kata algoritma berasal dari algorism.
Pada zaman Euclid,
istilah ini belum dikenal. Kata Algorism bersumber dari nama seorang muslim dan
penulis buku terkenal pada tahun 825 M., yaitu Abu Ja’far Muhammed ibn Musa
Al-Khowarizmi. Bagian akhir dari namanya (Al-Khowarizmi), mengilhami lahirnya
istilah Algorism. Istilah algoritma masuk kosakata kebanyakan orang pada saat
awal revolusi komputer, yaitu akhir tahun 1950.Pada abad ke 3 S.M., perkembangan
teori bilangan ditandai oleh hasil kerja Erathosthenes, yang sekarang terkenal
dengan nama Saringan Erastosthenes (The Sieve of Erastosthenes). Dalam enam
abad berikutnya, Diopanthus menerbitkan buku yang bernama Arithmetika, yang
membahas penyelesaian persamaan didalam bilangan bulat dan bilangan rasional,
dalam bentuk lambang (bukan bentuk/bangun geometris seperti yang dikembangkan
oleh Euclid). Dengan kerja bentuk lambang ini, Diopanthus disebut sebagai salah
satu pendiri aljabar.
Teori Bilangan Pada Masa Sejarah (Masehi)
Awal kebangkitan teori
bilangan modern dipelopori oleh Pierre de Fermat (1601-1665), Leonhard Euler (1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M. Legendre (1752-1833), Dirichlet
(1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann (1826-1866), Giussepe Peano (1858-1932),
Poisson (1866-1962), dan Hadamard
(1865-1963). Sebagai seorang pangeran matematika, Gauss begitu terpesona
terhadap keindahan dan kecantikan teori bilangan, dan untuk melukiskannya, ia
menyebut teori bilangan sebagai the queen of mathematics.Pada masa ini, teori
bilangan tidak hanya berkembang sebatas konsep, tapi juga banyak diaplikasikan
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat
pada pemanfaatan konsep bilangan dalam metode kode baris, kriptografi,
komputer, dan lain sebagainya.
Tokoh-Tokoh Teori Bilangan
Pythagoras (582-496
SM)
Pythagoras adalah
seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya.
Dikenal sebagai “Bapak Bilangan”, dia memberikan sumbangan yang penting
terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM.Salah satu
peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan
bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan
jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di
dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun
teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali
membuktikan pengamatan ini secara matematis.
Jamshid Al-Kashi (1380 M)
Al-Kashi terlahir pada
1380 di Kashan, sebuah padang pasir di sebelah utara wilayah Iran Tengah.
Selama hidupnya, al-Kashi telah menyumbangkan dan mewariskan sederet penemuan
penting bagi astronomi dan matematika.Pecahan desimal yang digunakan oleh
orang-orang Cina pada zaman kuno selama berabad-abad, sebenarnya merupakan
pecahan desimal yang diciptakan oleh al-Kashi. Pecahan desimal ini merupakan
salah satu karya besarnya yang memudahkan untuk menghitung aritmatika yang dia
bahas dalam karyanya yang berjudul Kunci Aritmatika yang diterbitkan pada awal
abad ke-15 di Samarkand.
Abu Ali Hasan Ibnu Al-Haytam (965 M)
Abu Ali Hasan Ibnu
Al-Haytam lahir Basrah Irak, yang oleh masyarakat Barat dikenal dengan nama
Alhazen. Al-Haytam adalah orang pertama yang mengklasifikasikan semua bilangan
sempurna yang genap, yaitu bilangan yang merupakan jumlah dari pembagi-pembagi
sejatinya, seperti yang berbentuk 2k – 1 (2k – 1) di mana 2k – 1 adalah
bilangan prima. Selanjutnya Al-Haytam membuktikan bahwa bila p adalah bilangan
prima, 1 + (p – 1)! habis dibagi oleh p.
Pierre de Fermat
Fermat menuliskan bahwa
“I have discovered a truly remarkable proof which this margin is to small to
contain”. Fermat juga hampir selalu menulis catatan kecil sejak tahun 1603,
manakala ia pertama kali mempelajari Arithmetica karya Diophantus. Ada
kemungkinan Fermat menyadari bahwa apa yang ia sebut sebagai remarkable proof
ternyata salah, karena semua teorema yang dia nyatakan biasanya dalam bentuk
tantangan yang Fermat ajukan terhadap matematikawan lain.
Meskipun kasus khusus untuk n = 3 dan n = 4 ia ajukan sebagai tantangan (dan Fermat mengetahui bukti untuk kasus ini) namun teorema umumnya tidak pernah ia sebut lagi. Pada kenyataannya karya matematika yang ditinggalkan oleh Fermat hanya satu buah pembuktian. Fermat membuktikan bahwa luas daerah segitiga siku- siku dengan sisi bilangan bulat tidak pernah merupakan bilangan kuadrat. Jelas hal ini mengatakan bahwa tidak ada segitiga siku-siku dengan sisi rasional yang mempunyai luas yang sama dengan suatu bujursangkar dengan sisi rasional. Dalam simbol, tidak terdapat bilangan bulat x, y, z dengan sehingga bilangan kuadrat. Dari sini mudah untuk mendeduksi kasus n = 4, Teorema Fermat. Penting untuk diamati bahwa dalam tahap ini yang tersisa dari pembuktian Fermat Last Theorem adalah membuktikan untuk kasus n bilangan prima ganjil. Jika terdapat bilangan bulat x, y, z dengan maka jika n = pq,.
Kapankah angka nol ditemukan?
Zero = 0 = Empty = Kosong (Nol) Memang, kata dalam Bahasa Inggris ‘zero’
(nol) berasal dari bahasa Arab ‘sifr’, suatu terjemahan literal dari bahasa
Sanskrit “shûnya” yang bermakna “kosong”. Runtutan keterkaitan bahasa dari masa
ke masa: shûnya (Sanskrit) -> (Ancient Egypt/Babylonia) ->
(Greek/Helenic) -> (Rome/Byzantium) – sifr (Arab) -> zero (English) ->
nol; kosong (Indonesia) Wikipedia The word “zero” comes ultimately from the
Arabic “sifr”, or “empty,” a literal translation of the Sanskrit “shûnya”. With
its new use for the concept of zero, zephyr came to mean a light breeze – “an
almost nothing” (Ifrah 2000; see References). The word zephyr survives with
this meaning in English today. The Italian mathematician Fibonacci
(c.1170-1250), who grew up in Arab North Africa and is credited with
introducing the Arabic decimal system to Europe. Around the same time, the Arab
mathematician al-Khwarizmi described the “Hindu number” system with positional
notation and a zero symbol in his book Kitab al-jabr wa’l muqabalah.
Nol asalnya dari India
“shûnya” bukan cuma sebuah istilah, tapi juga konsep.Sekitar tahun 300 SM orang
babilonia telah memulai penggunaan dua buah baji miring, //, untuk menunjukkan
sebuah tempat kosong, sebuah kolom kosong pada Abakus. Simbol ini memudahkan
seseorang untuk menentukan letak sebuah symbol. Angka nol sangat berguna dan
merupakan simbol yang menggambarkan sebuah tempat kosong dalam Abakus, sebuah
kolom dengan batu-batu yang ditempatkan di dasar. Kegunaannya hanya untuk
memastikan bahwa butiran-butiran tersebut berada di tempat yang tepat, angka
nol tidak memiliki nilai numeric tersendiri.
Pada komputer nol ini dapat merusak sistem, karena nol diartikan tidak ada. Berapapun bilangan dikalikan dengan nol hasilnya tidak ada. Nah inilah yang membuat bingung dalam operasi perhitungan.Perhatikan contoh ini :0 = 0 ( nol sama dengan nol, benar)0 x3 = 0 x 89 (nol sama-sama dikalikan dengan sebuah bilangan, karena juga akan bernilai nol)(0 x 3)/0= (0 x 89)/0 (sebuah bilangan dibagi dengan bilangan yang sama, akan bernilai satu)3=89 (???, hasil ini yang membuat bingung)
Walaupun demikian sebenarnya nol itu hebat, jika tidak ditemukan angka nol tulisan satu juta dalam bilangan romawi ditulis apa?? Bisa-bisa selembar kertas tidak sampai untuk hanya memberikan symbol satu juta itu. Bisa dibayangkan jika nol tidak ada. Banyak kekuatan yang terkandung dalam angka ini. Nol adalah perangkat paling penting dalam matematika. Namun berkat sifat matematis dan filosofis yang aneh pada angka nol, ia akan berbenturan dengan filsafat barat.
Angka nol berbenturan dengan salah satu prinsip utama filsafat barat, sebuah dictum yang akar-akarnya terhujam dalam filsafat angka Phythagoras dan nilai pentingnya tumbuh dari paradoks Zeno. seluruh cosmos Yunani didirikan di atas pilar: tak ada kekosongan.Kosmos Yunani yang diciptakan oleh Phytagoras, Aristoteles dan Ptolemeus masih lama bertahan setelah keruntuhan peradaban Yunani. Dalam kosmos ini tak ada ketiadaaan.
Oleh karena itu, hampir
sepanjang dua milinium orang-orang barat tak bersedia menerima angka nol.
Konsekuensinya sungguh menakutkan. Ketiadaan angka nol menghambat perkembangan
matematika, menghalangi inovasi sains dan yang lebih berbahaya, mengacaukan
sistem penanggalan.
Macam-macam bilangan
Bilangan Bulat adalah
bilangan yang terdiri atas bilangan positif, bilangan nol, dan bilangan
negatif. Misal : ….-2,-1,0,1,2….Bilangan asli adalah bilangan bulat positif yang
diawali dari angka 1(satu) sampai tak terhingga. Misal : 1,2,3…. Bilangan cacah
adalah bilangan bulat positif yang diawali dari angka 0 (nol) sampai tak
terhingga. Misal : 0,1,2,3,….Bilangan prima adalah bilangan yang tepat
mempunyai dua faktor yaitu bilangan 1 (satu) dan bilangan itu sendiri.Misal :
2,3,5,7,11,13,…..(1 bukan bilangan prima, karena mempunyai satu faktor saja). Bilangan
komposit adalah bilangan yang bukan 0, bukan 1 dan bukan bilangan
prima. Misal ; 4,6,8,9,10,12,…. Bilangan rasional adalah bilangan yang
dinyatakan sebagai suatu pembagian antara dua bilangan bulat (berbentuk
bilangan a/b, dimana a dan b merupakan bilangan bulat).
Misal: ½ , 2/(3 ), 3/4…. Bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan sebagai pembagian dua bilangan bulat.Misal: π, √3 , log 7 dan sebagainya. Bilangan riil adalah bilangan yang merupakan penggabungan dari bilangan rasional dan bilangan irrasional. Misal: 1/2 √(2 ), 1/3 √5, 1/4 π, 2/3 log 2 dan sebagainya.Bilangan imajiner (bilangan khayal) adalah bilangan yang ditandai dengan i, bilangan imajiner i dinyatakan sebagai √(-1). Jadi, jika i = √(-1) maka i2= -1. Misal: √(-4) = ⋯?√(-4)=√(4×(-1) )= √4×√(-1)= 2 × i= 2iJadi, √(-4)=2i.Bilangan kompleks adalah bilangan yang merupakan penggabungan dari bilangan riil dan bilangan imajiner. Misal; π√(-1)= πiLog √(-1)=log i.
Sumber
Labels:
Serba-serbi
Thanks for reading Sejarah Teori Bilangan. Please share...!