Abu Nasr Mansur - Penemu Hukum Sinus
Abu Nasr Mansur bin Ali bin Irak adalah matematika
Muslim dari Persia. Ia banyak dikenal untuk penemuannya tentang hukum
sinus.
Sebagian besar pekerjaan Abu Nasr fokus pada
matematika, tapi beberapa tulisannya yang pada astronomi .
Dalam matematika, ia memiliki banyak tulisan penting
pada trigonometri, yang dikembangkan dari tulisan Ptolemy. Ia juga memelihara
karya Menelaus dari Alexandria dan mengerjakan kembali banyak teorema Yunani.
Biografi
Abu Nasr Mansur ibnu Ali ibnu Iraq atau akrab disapa
Abu Nasr Mansur (960 M - 1036 M). Keluarganya "Banu Iraq" menguasai
wilayah Khawarizm (sekarang, Kara-Kalpakskaya, Uzbekistan). Khawarizm merupakan
wilayah yang berdampingan dengan Laut Aral. Dia menjadi seorang pangeran dalam
bidang politik.
Di Khawarizm, Abu Nasr Mansur menuntut ilmu dan
berguru pada seorang astronom dan ahli matematika Muslim terkenal Abu'l-Wafa
(940 M - 998 M). karena kecerdasanya, Abu Nasr dengan mudah menguasai
matematika dan astronomi. Kehebatannya itu pun menurun pada muridnya, yakni
Al-Birunn (973 M - 1048 M).
Al-Biruni tak hanya menjadi muridnya saja, tapi juga
menjadi koleganya yang sangat penting dalam bidang matematika. Mereka bekerja
sama menemukan rumus-rumus serta hukum-hukum yang sangat luar biasa dalam
matematika. Kolaborasi kedua ilmuwan itu telah melahirkan sederet penemuan yang
sangat hebat dan bermanfaat bagi peradaban manusia.
Perjalanan kehidupan Abu Nasr dipengaruhi oleh situasi
politik yang kurang stabil. Akhir abad ke-10 M hingga awal abad ke-11 M
merupakan periode kerusuhan hebat di dunia Islam. Saat itu, terjadi perang
saudara di kota sang ilmuwan menetap. Pada era itu, Khawarizm menjadi bagian
dari wilayah kekuasaan Dinasti Samaniyah.
Perebutan kekuasaan di antara dinasti-dinasti kecil di
wilayah Asia Tengah itu membuat situasi politik menjadi kurang menentu. Pada
995 M, kekuasaan Banu Iraq digulingkan. Saat itu, Abu Nasr Mansur menjadi
pangeran. Tidak jelas apa yang terjadi pada Abu Nasr Mansur di negara itu,
namun yang pasti muridnya al-Biruni berhasil melarikan diri dari ancaman perang
saudara itu.
Setelah peristiwa itu, Abu Nasr Mansur bekerja di
istana Ali ibnu Ma'mun dan menjadi penasihat Abu'l Abbas Ma'mun. Kehadiran Abu
Nasr membuat kedua penguasa itu menjadi sukses.
Ali ibnu Ma'mun dan Abu'l Abbas Ma'mun merupakan
pendukung ilmu pengetahuan. Keduanya mendorong dan mendukung Abu Nasr
mengembangkan ilmu pengetahuan. Tak heran jika ia menjadi ilmuwan paling top di
istana itu. Karya-karyanya sangat dihormati dan dikagumi.
Abu Nasr Mansur menghabiskan sisa hidupnya di istana
Mahmud di Ghazna. Ia wafat pada 1036 M di Ghazni, sekarang Afghanistan. Meski
begitu, karya dan kontribusianya bagi pengembangan sains tetap dikenang
sepanjang masa.
Kontribusi
Abu Nasr Mansur telah memberikan kontribusi yang
penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Sebagian Karya Abu Nasr fokus pada bidang
matematika, tapi beberapa tulisannya juga membahas masalah astronomi.
Dalam bidang matematika, dia memiliki begitu banyak
karya yang sangat penting dalam trigonometri. Abu Nasr berhasil mengembangkan
karya-karya ahli matematika, astronomi, geografi dan astrologi Romawi bernama
Claudius Ptolemaeus (90 SM – 168 SM).
Dia juga mempelajari karya ahli matematika dan
astronom Yunani, Menelaus of Alexandria (70 SM – 140 SM). Abu Nasr mengkritisi
dan mengembangkan teori-teori serta hukum-hukum yang telah dikembangkan ilmuwan
Yunani itu.
Kolaborasi Abu Nasr dengan al-Biruni begitu terkenal.
Abu Nasr berhasil menyelesaikan sekitar 25 karya besar bersama al-Biruni.
Sekitar 17 karyanya hingga kini masih bertahan.
Dalam bidang Matematika, Abu Nasr memiliki tujuh
karya, sedangkan sisanya dalam bidang astronomi. Semua karya yang masih
bertahan telah dipublikaskan, telah dialihbahasakan kedalam bahasa Eropa, dan
ini memberikan beberapa indikasi betapa sangat pentingnya karya sang ilmuwan
Muslim itu.
Secara khusus Abu Nashr mempersembahkan sebanyak 20
karya kepada muridnya al-Biruni. Salah satu adikarya sang saintis Muslim ini
adalah komentarnya dalam The Spherics of Menelaus.
Perannya sungguh besar dalam pengembangan trigonometri
dari perhitungan Ptolemy dengan penghubung dua titik fungsi trigonometri yang
hingga kini masih tetap digunakan. Selain itu, dia juga berjasa dalam
mengembangkan dan mengumpulkan tabel yang mampu memberi solusi angka yang mudah
untuk masalah khas spherical astronomy (bentuk astronomi).
Abu Nasr juga mengembangkan The Spherics of Menelaus
yang merupakan bagian penting, sejak karya asli Menelaus Yunani punah. Karya
Menelaus berasal dari dasar solusi angka Ptolemy dalam masalah bentuk astronomi
yang tercantum dalam risalah Ptolemy bertajuk Almagest.
Karyanya di dalam tiga buku: buku pertama mempelajari
kandungan/kekayaan bentuk segitiga, buku kedua meneliti kandungan sistem
paralel lingkaran dalam sebuah bola/bentuk mereka memotong lingkaran besar,
buku ketiga memberikan bukti dalil Menelaus.
Pada karya trigonometrinya, Abu Nasr Mansur menemukan
hukum sinus sebagai berikut:
a/sin A = b/sin B = c/sin C.
Abu'l-Wafa mungkin menemukan hukum ini pertama dan Abu
Nasr Mansur mungkin belajar dari dia. Pastinya keduanya memiliki prioritas kuat
untuk menentukan dan akan hampir pasti tidak pernah diketahui dengan kepastian.
Dikabarkan, terdapat orang ketiga yang kadang-kadang
disebut sebagai penemu hukum yang sama, seorang astronom dan ahli matematika
Muslim dari Persia, al-Khujandi (940 M - 1000 M).
Namun, kurang beralasan jika al-Khujandi dsebut
sebagai penemu hukum sinus, seperti yang ditulis Samso dalam bukunya Biography
in Dictionary of Scientific Biography (New York 1970-1990).
Risalah Abu Nasr membahas lima fungsi trigonometri
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam bentuk astronomi. Artikel
menunjukkan perbaikan yang diperoleh Abu Nasr Mansur dalam penggunan pertama
sebagai nilai radius. Karya lain Abu Nasr Mansur dalam bidang astronomi
meliputi empat karya dalam menyusun dan mengaplikasi astrolab.
Sumber