A. Pergeseran atau Translasi
Pergeseran atau translasi adalah suatu
tranformasi yang memindahkan tiap titik pada bidang dengan jarak dan arah
tentu. Jarak dan arah tertentu tersebut dapat diwakili oleh suatu ruas garis
garis berarah atau oleh suatu pasangan bilangan terurut
dinamakan komponen translasi.
x′ = x + a dan y′ = y +
b.
Secara pemetaan
dapat dituliskan:
B. Pencerminan atau Refleksi
Pencerminan atau refleksi adalah suatu
transformasi yang memindahkan titik-titik dengan menggunakan sifat bayangan
oleh suatu cermin. Pencerminan dilambangkan dengan Ma, dimana a
adalah sumbu cermin.
Sifat-sifat pencerminan adalah:
1. Jarak dari titik asal ke cermin sama dengan jarak cermin ke
titik bayangan.
2. Garis yang menghubungkan titik asal dengan titik bayangan tegak
lurus terhadap cermin.
1.
Pencerminan
Terhadap Sumbu X
Jika titik P (x, y) dicerminankan terhadap sumbu X, maka
bayangannya adalah titik P′
(x′, y′) dengan x′ = x dan y′ = – y.
Hubungan di
atas dapat ditulis
Mx : P (x′, y′) ⟶ P′ (x′, y′) =
P′ (x, – y)
Pemetaan P (x,
y) ⟶ P′ (x′, y′) dapat pula ditentikan oleh
persamaan matriks
2.
Pencerminan
Terhadap Sumbu Y
Jika titik P (x, y) dicerminankan terhadap sumbu Y, maka
bayangannya adalah titik P′
(x′, y′) dengan
x′ = – x dan y′ = y.
Secara pemetaan
dapat ditulis:
My : P (x′, y′) ⟶ P′ (x′, y′) =
P′ ( – x, y)
Dengan
persamaan matriks, pemetaan di atas ditulis menjadi:
3.
Percerminan
Terhadap Pada Asal O(0, 0)
Jika titik P (x, y) dicerminankan terhadap titik asal O(0, 0), maka
bayangannya adalah titik P′
(x′, y′) dengan
x′ = – x dan y′ = – y.
Secara pemetaan
dapat ditulis:
Mo : P (x′, y′) ⟶ P′ (x′, y′) =
P′ ( – x, – y)
Dengan
persamaan matriks, pemetaan di atas ditulis menjadi:
4.
Pencerminan
Terhadap Garis y = x
Jika titik P (x, y) dicerminankan terhadap garis y = x, maka
bayangannya adalah titik P′
(x′, y′) dengan
x′ = x dan y′ = y.
Secara pemetaan
dapat ditulis:
My = x : P (x, y) ⟶ P′ (x′, y′) = P′ (y, x)
Dengan
persamaan matriks, pemetaan di atas ditulis menjadi:
5.
Pencerminan
Terhadap Garis y = – x
Jika titik P (x, y) dicerminankan terhadap garis y = – x, maka
bayangannya adalah P′ (x′, y′)
dengan
x′ = – y dan y′ = – x
Secara pemetaan
dapat ditulis:
My = – x : P (x′, y′) ⟶
P′ (x′, y′) =
P′ ( – y, – x)
Dengan
persamaan matriks, pemetaan di atas ditulis menjadi:
6.
Pencerminan
Terhadap Garis x = h
Jika titik P (x, y) dicerminankan terhadap garis x = h, maka
bayangannya adalah P′ (x′, y′)
dengan
x′ = 2h – x dan y′ = y.
Secara pemetaan
ditulis:
Mx = h : P (x, y) ⟶ P′ (x′, y′) =
P′ (2h – x, y)
7.
Pencerminan
Terhadap Garis y = k
Jika titik P (x, y) dicerminankan terhadap garis y = k, maka
bayangannya adalah P′ (x′, y′)
dengan
x′ = x dan y′ = 2k – y.
Secara pemetaan
ditulis:
My = k : P (x′, y′)
⟶ P’ (x, y) = P′ (x′, 2k – y)
8.
Pencerminan
Terhadap Titik (a, b)
Jika titik P (x, y) dicerminankan titik (a, b), maka bayangannya
adalah P′ (x′, y′)
dengan
x′ = 2a – x dan y′ = 2b – y.
Secara pemetaan
ditulis:
M(a, b) : P (x, y) ⟶ P′ (x′, y′) =
P′ (2a – x, 2b – y)
C. Perputaran atau Rotasi
Perputaran atau Rotasi adalah
transformasi yang memindahkan titik-titik dengan cara memutar titik-titik
tersebut sejuah θ terhadap
suatu titik pusat rotasi.
Perputaran atau
rotasi pada bidang datar ditentukan oleh:
1. Titik pusat
rotasi
2. Besar sudut
rotasi
3. Arah sudut
rotasi
Sudut rotasi adalah sudut antara garis yang menghubungkan
titik asal dan pusat rotasi dengan garis yang menghubungkan titik bayangan dan
pusat rotasi.
Jika θ (sudut
rotasi) positif, arah putaran (rotasi) berlawanan dengan arah putaran jam.
Sebaliknya jika θ negatif, arah putaran searah dengan arah putaran jam.
Suatu rotasi
dengan pusat P dan sudut rotasi θ dinotasikan dengan R(P, θ).
1.
Rotasi Terhadap Titik Pusat O (0, 0)
Jika titik P(x,
y) diputar sebesar θ berlawanan arah putaran jam terhadap titik pusat O (0, 0),
maka diperoleh bayangan P′ (x′, y′) dengan:
x′ = x cos θ – y sin θ
y′ = x sin θ + y cos θ
Secara pemetaan
ditulis:
R (O, θ) : P(x, y) ⟶ P(x′, y′) = P′ (x
cos θ – y sin θ, x sin θ + y cos θ)
Dengan
persamaan matriks, pemetaan diatas ditulis:
Berikut ini
adalah bayangan dan matriks yang bersesuaian dengan rotasi:
P(x, y) ⟶ P(x′, y′)
2.
Rotasi Terhadap Titik Pusat A (a, b)
Jika titik P
(x, y) diputar sejauh θ berlawanan dengan arah putaran jam terhadap titik pusat
A (a, b), maka bayangannya adalah P′ (x′, y′) dengan:
x′ – a = (x – a) cos θ – (y –
b) sin θ
y′ – b = (x – a) sin θ + (y –
b) cos θ
Dengan
persamaan matriks, hubungan di atas dapat ditulis:
D. Perkalian
atau Dilatasi
Persamaan atau dilatasi adalah suatu transformasi
yang mengubah jarak titik-titik dengan faktor pengali tertentu terhadap suatu
titik tertentu. Faktor pengali tertentu disebut faktor dilasi atau faktor skala
dan titik tertentu itu dinamakan pusat dilatasi.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa suatu dilatasi ditentukan oleh:
1. Faktor skala
( k ), dan
2. Pusat
dilatasi.
Jika yang
didilatasikan suatu bangun, maka dilatasi akan mengubah ukuran tanpa menpa
mengubah bentuk bangun tersebut. Dilatasi yang berpusat di P dengan faktor
skala k dinotasikan dengan [P, K].
Berdasarkan
nilai dari faktor skala k, bangun bayangan yang diperoleh dapat ditentukan
sebagai berikut:
a. Jika k > 1, bangun bayangan diperbesar dan
terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun samula.
b. Jika 0 < k < 1, bangun bayangan
diperkecil dan terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semua.
c. Jika – 1 < k < 0, bangun bayangan
diperkecil dan terletak tidak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semua.
d. Jika k < – 1, bangun bayangan diperbesar dan
terletak tidak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semua.
1. Dilatasi
Terhadap Titik Pusat O (0, 0)
Jika titik P
(x, y) didilatasikan terhadap titik pusat O (0, 0) dengan faktor skala k, maka
bayangannya adalah P′ (x′, y′) dengan:
x′ = kx dan y′ = ky
Secara pemetaan
dapat ditulis:
[O, k] : P (x, y) ⟶ P′ (kx, ky)
Dengan
persamaan matriks, pemetan di atas dapat ditulis:
2. Dilatasi
Terhadap Titik Pusat A (a, b)
Jika titik P(x,
y) didilatasikan terhadap titik pusat A (a, b) dengan faktor skala k, maka
bayangannya adalah P′ (x′, y′) dengan:
x′ – a = k (x – a) dan
y′ – b = k ( y – b)
Dengan
persamaan matriks, hubungan di atas dapat ditulis:
E. Transformasi oleh Suatu Matriks
Jika suatu transformasi yang bersesuaian
dengan matriks mantranformasikan titik A (x, y) ke A (x′, y′), maka
hubungan antara koordinat A dan A′ dinyatakan dengan persamaan matriks:
F. Komposisi Transformasi
Komposisi transformasi adalah pengerjaan dua
atau lebih transformasi secara berurun.
Transformasi T1 dilanjutkan
dengan transformasi T2 terhadap suatu titik A dapat ditulis:
(T2
∘ T1) (A) ⟶ T2
(T1(A)).
Sebaliknya T1 ∘ T2 (BACA: T1
komposisi T2) berarti transformasi T2 dilanjutkan dengan
T1.
(T1
∘ T2) (A) ⟶ T1
(T2(A)).
1. Komposisi Transformasi
Jika transformasimaka
komposisi translasi T1 dan T2 dapat diwakili oleh sebuah
translasi tunggal yang ditentukan oleh
Sifat-sifat komposisi translasi:
1. Untuk dua translasi berurutan berlaku T1
∘ T2 = T2 ∘ T1 (komutati)
2. Untuk tiga translasi berurutan berlaku (T1
∘ T2) ∘ T3 = T1 ∘ (T2 ∘ T3) (asosiatif).
2. Komposisi Refleksi
a.
Komposisi Dua Refleksi terhadap Dua Sumbu Sejajar
1. Dua sumbu sejajar yang sajajar terhadap sumbu X
Misalkan titik P (x′, y′) dicerminkan terhadap garis y = a,
kemudian dicerminkan terhadap garis y = b, maka diperoleh bayangan P′′ (x, 2(b
– a) + y).
Secara pemetaan
dapat dituliskan:
My = b ∘ My = a
: P(x, y) ⟶ P"
(x, 2(b – a) + y)
Misalkan titik
P (x, y) dicerminkan terhadap garis y = b, kemudian dicerminkan terhadap garis
y = a, maka diperoleh bayangan P" (x, 2(a – b) +
y).
Secara
pemetaan dapat dituliskan:
My = a ∘ My = b
: P(x, y) ⟶ P"
(x, 2(a – b) + y)
2. Dua sumbu
sejajar yang terhadap sumbu Y
Misalkan titik P (x′, y′) dicerminkan terhadap garis x = m,
kemudian dicerminkan terhadap garis x = n, maka diperoleh bayangan P′′ (2(n – m)
+ x, y).
Secara pemetaan
dapat dituliskan:
Mx = n ∘ Mx = m
: P(x, y) ⟶ P"
(2(n – m) + x, y)
Misalkan titik
P (x, y) dicerminkan terhadap garis x = n, kemudian dicerminkan terhadap garis
x = m, maka diperoleh bayangan P" (2(m – n) + x, y).
Secara
pemetaan dapat dituliskan:
Mx = m ∘ Mx = n
: P(x, y) ⟶ P"
(2(m – n) + x, y)
b.
Komposisi Dua Refleksi Berurutan terhadap Dua Sumbu yang Saling Tegak lurus
Refleksi terhadap dua sumbu yang saling tegak lurus secara
berurutan ekuivalen dengan rotasi sebesar 180ᵒ berpusat di titik potong
kedua sumbu cermin tersebut.
Mx = p ∘ My = q
⟶ R ((p, q), 180ᵒ)
Refleksi
terhadap dua sumbu yang saling tegak lurus secara berurutan juga ekuivalen
dengan refleksi terhadap titik potong kedua sumbu cermin.
Mx = p ∘ My = q
⟶ M ((p, q))
c.
Komposisi Dua Refleksi Berurutan terhadap Dua sumbu yang saling
Berpotongan
Refleksi berurutan terhadap dua sumbu yang saling berpotong
ekuivalen dengan rotasi sebesar dua kali besar sudut antara dua sumbu cermin,
dengan pusat rotasi pada titik potong kedua sumbu dan arah perputaran sama
dengan arah dari sumbu pertama ke sumbu kedua.
3. Komposisi Rotasi
Dua rotasi berurutan yang sapusat ekuivalen dengan rotasi sejauh
jumlah kedua sudut rotasi terhadap pusat yang sama.
G. Komposisi Transformasi Dengan Matriks
Jika T1 dan T2 masing-masing adalah transformasi
yang bersesuaian dengan matriks-matriks:
Maka komposisi transformasi:
1. T2 ∘ T1 bersesuaian dengan
perkalian matriks M2 . M1, yaitu:
2. T1 ∘ T2 bersesuaian dengan
perkalian matriks M1 . M2, yaitu:
G. Luas Daerah Bangun Hasil Transformasi
Misalkan matriks transformasi mantransformasikan
bangun B menjadi bangun B′, maka:
Luas bangun B′ = ∣ det A ∣ ×
Luas bangun B.
∣ det A ∣ = nilai mutlak determinan matriks A,
dimana:
det
A = ad – bc
Nilai ∣ det A ∣ dinamakan faktor
perbesaran luas.
Sumber
Sumber
Labels:
Matematika
Thanks for reading Transformasi Geometri - 1. Please share...!