(3) Lingkaran
Lingkaran merupakan daerah yang dibatasi oleh titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu. Titik tertentu ini disebut sebagai pusat lingkaran. Ruas garis yang menghubungkan suatu titik pada lingkaran ke pusat dinamakan jarijari. Istilah jari-jari juga dapat digunakan untuk menyatakan panjang ruas garis yang menghubungkan pusat lingkaran dengan titik pada lingkaran.
Pada gambar
di atas, garis lengkung BCD disebut
busur pendek atau busur kecil, sedangkan garis lengkung BFD disebut
busur panjang atau busur besar. Selanjutnya jika disebutkan busur BD maka yang dimaksud adalah busur
pendek. Tali busur merupakan ruas garis yang menghubungkan dua titik pada
lingkaran. Pada gambar, BF merupakan tali busur.
Talibusur yang melalui pusat lingkaran dinamakan diameter.
Apotema
suatu lingkaran merupakan ruas garis yang menghubungkan pusat lingkaran ke titik tengah tali busur. Istilah apotema dapat digunakan untuk menyatakan panjangnya. Sebagai contoh pada gambar di atas, ruas garis PQ, ataupun panjang PQ dapat disebut
sebagai apotema. Apotema tegak lurus tali busur BF yang bersesuaian.
Tembereng
merupakan daerah yang dibatasi oleh tali busur dan busurnya. Juring lingkaran merupakan daerah yang dibatasi oleh dua jari-jari dan busur.
Perhatikan pada gambar di atas, bagian DPE yang
diarsir merupakan juring kecil, dan bagian yang diarsir ABF merupakan
tembereng lingkaran.
Untuk setiap
lingkaran perbandingan dari keliling dan diameter selalu bernilai tetap yaitu mendekati 3,14. Nilai ini disebut sebagai π (dibaca “pi”). Sehingga berlaku :
maka
diperoleh rumus Keliling lingkaran = 2 πr.
Selanjutnya pada lingkaran berlaku pula perbandingan :
Luas lingkaran
dapat dirumuskan sebagai :
L = π r2
Dengan r adalah panjang jari-jari lingkaran.
Pada gambar
di samping titik P adalah pusat
lingkaran, dan titik A, B, C, D, dan E terletak pada lingkaran. ÐCPD disebut sebagai
sudut pusat dan ÐBAE dinamakan sudut keliling.
Perhatikan
gambar disamping, ÐBPC merupakan
sudut pusat, dan ÐBAC merupakan sudut keliling yang menghadap busur yang sama (busur BC). Panjang AP = BP = CP, sehingga ∆APB
dan ∆APC sama kaki serta berlaku ÐBAP = ÐABP dan ÐCAP = ÐACP. Karena jumlah
sudut segitiga 180° maka pada ∆APB
berlaku:
ÐBPA = 180° – 2ÐBAP dan ∆APC
berlaku
ÐAPC = 180° – 2ÐCAP .
Sehingga :
ÐBPC = 360° – ÐBPA – ÐAPC
ÐBPC = 360° – (180° – 2ÐBAP) – (1800 – 2ÐCAP)
ÐBPC = 2(ÐBAP + CAP)
ÐBPC = 2ÐBAC
Jadi besar
sudut pusat sama dengan dua kali besar sudut keliling yang menghadap busur yang sama.
Dari sifat
ini dapat diturunkan sifat bahwa sudut-sudut keliling yang menghadap busur yang sama, akan selalu sama besar.
Sebagai bukti akan diperlihatkan pada gambar berikut :
Pada gambar lingkaran di samping,
berlaku : ÐBPC = 2ÐBDC … (1)
ÐBPC = 2ÐBAC … (2)
Dari (1) dan
(2) terbukti bahwa ÐBAC = ÐBDC.
Garis
singgung lingkaran adalah garis yang memotong lingkaran tepat di satu titik.
Garis singgung ini tegak lurus jari-jari yang melalui titik singgungnya.
Selanjutnya
akan diberikan contoh-contoh soal tentang lingkaran, yakni sebagai berikut :
1. Diberikan
sebuah lingkaran dan dua buah garis seperti pada gambar di samping. Buktikan bahwa
AB . AC = AE . AD
Bukti
ÐBCE = ÐBDB menghadap
busur BE
ÐCBD = ÐCED menghadap
busur CD
Akibatnya ÐABD = ÐAEC sehingga ∆ABD sebangun dengan ∆AEC.
Dengan demikian berlaku :
Sumber
Thanks for reading Bangun-Bangun Pada Geometri Bidang – 2. Please share...!